· Reading time: 1 minutes.

Wajah Si Kura-kura

Serpihan kaca tajam memantulkan bayangannya. Kura-kura kehilangan wajahnya!

By Risyad Rais

Matahari masih di atas sana, dengan congkak memandang rendah Bumi yang hina karena dipenuhi manusia. Namun Ia masih mengasihani Bumi dan memancarkan sinarnya; yang sayangnya tertutup oleh awan mendung tebal dan menggelapkan Bumi. Awan-awan itu sudah lama di sana. Berdiam membawa hujan namun enggan menurunkannya. Ditahannya hujan-hujan itu; entah apa tujuannya. Bumi yang seharusnya subur pun mengering karena airnya terjebak dalam awan.

Kura-kura berjalan menyusuri tanah yang retak dan rapuh itu. Sambil sesekali berhenti untuk memandang ke atas saat awan menggodanya dengan setetes air, yang membuat Kura-kura berharap hujan akan segera turun. Ia masih tersesat. Hanya saja kali ini Ia berusaha menikmatinya. Ia berharap perjalanan tanpa arah ini akan membawanya ke tempat yang subur, hijau, dan penuh air. Walaupun Ia tahu ada kemungkinan seluruh Bumi sudah sekering ini.

“Thuk!” Kaki Kura-kura seperti menginjak sesuatu. Ia pun memandang ke bawah, dan melihat sebuah pecahan kaca tajam yang terhiasi bekas darah yang kering. Kaca itu perlahan memantulkan bayangan wajah Kura-kura yang sedari tadi menatapnya. Ia terkejut melihat wajahnya yang rata, hanya menyisakan dua mata yang lengkap dengan perabotannya.

Ah, Ia teringat gunung-gunung yang gagal Ia daki memperlakukannya. Gunung-gunung itu melemparkannya dan membuatnya tersungkur di atas mukanya. Ia berpikir, mungkin luka-luka itu yang menghapus wajahnya.

Kura-kura kembali berjalan; sambil menunduk menatap retakan-retakan tanah. Tiba-tiba setetes air mengetuk tempurungnya. Ia pun memandang ke atas, dan menemukan awan mendung menertawainya.